naif
dua minggu belakangan adalah masa yang menegangkan, melelahkan sekaligus mengejutkan. reality check. betapa kadangkala dalam pribadi terbaik ada potensi besar untuk menyimpan sifat terburuk, sehingga saat sisi lain ini muncul... WHAM! semua kaget. menggeragap.
selama ini saya hidup hanya dengan kacamata saya. cara pandang dan pengalaman saya tentang manusia, dunia dan kehidupan mempengaruhi penilaian saya. saya sudah berusaha membuka diri. mempersilakan warna lain untuk muncul. meski begitu, karena kebodohan saya, akhirnya saya merasa dikhianati. padahal tidak perlu ekstrem begitu, kan? adalah manusiawi kalau seseorang berbuat salah. toh saya juga sering melakukan kesalahan. yang penting kan bagaimana kita menyadari kesalahan, belajar darinya.
ada filsuf yang bilang, kalau kita tidak ingin kecewa dan merasa dikhianati, maka hendaknya kita menghilangkan harapan. nirharapan=kebahagiaan. tapi nyatanya, saya tetap merasa ditusuk dari belakang. merasa luar biasa dungu.
ah, betapa selama ini saya begitu naif. ternyata nafsu bisa mengalahkan akal sehat. ternyata satu kesalahan bisa menghapuskan seluruh kebaikan. gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga.
kecewa? pasti. tapi pertanyaannya kemudian: mampukah saya memaafkan? mampukah saya belajar dari pengalaman ini? mampukah saya untuk kembali percaya pada orang lain?
1 Comments:
I have been looking for sites like this for a long time. Thank you! » »
3:28 AM
Post a Comment
<< Home