layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Friday, October 21, 2005

Pertanyaan Usang yang Tidak Pernah Lapuk Dimakan Waktu

Pulang dari berkunjung ke rumah-rumah teman. Lalu menemukan pesan yang kurang lebih mirip dengan lagunya Ahmad Dhani:
Bila surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau bersujud kepadaNya?

Kemudian terselip usul agar pertanyaan itu lebih baik diganti dengan:
Apakah Tuhan itu ada?

Sebenarnya pertanyaan itu ada sejak jaman dulu kala, hingga melahirkan agama dan filsafat, namun jawabannya masih belum memuaskan banyak orang hingga detik ini.

Apakah kita meyakini Tuhan itu ada? Kalau ya, akan muncul pertanyaan lanjutan seperti: apakah keyakinan itu muncul semata-mata karena kerangka budaya dan/atau agama? Atau memang perjalanan intelektual dan spiritual (bukan religi, lho ya!) kita yang menemukan Tuhan? Kalau tidak, ya sudah. Jalani saja hidup menurut definisi sendiri, tidak perlu merisaukan surga, neraka, pahala atau dosa.

Gelisah itu perlu, karena itu tandanya kita masih hidup. Tapi pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh masing-masing hati. Karena urusan ini ada di wilayah yang sangat pribadi.

Dalam perjalanan hidup yang singkat ini, saya beberapa kali menemukan persimpangan. Kadangkala saya merasakan adanya sesuatu yang agung dalam hidup saya, sesuatu yang tak terdefinisikan tapi saya rasakan ada (mungkinkah itu Tuhan?), namun di saat yang lain saya meragukan (sesuatu yang agung itu) dan menganggapnya sebagai bentuk kekalahan indera dan logika saya dalam memaknai kehidupan.

Saya ingin menjalankan segala sesuatu dengan usaha terbaik. Proses terbaik. Kalau hasilnya tidak seperti harapan, artinya ada banyak hal yang masih harus saya pelajari dan perbaiki agar bisa berbuat lebih baik. Begitu juga dalam berhubungan dengan sesama. Hati nurani yang jadi pemandu. Bila berhasil melakukan sesuatu yang baik, minimal menurut ukuran diri sendiri, biasanya saya merasa senang, puas. Itulah pahala menurut versi saya. Kepuasan pribadi saat berbuat baik. Bila nanti ternyata ada hari penghakiman, seperti yang dikatakan kitab-kitab suci, saya akan memandang hari itu sebagai verifikasi keyakinan agama. Mungkin pahala (dan dosa) versi saya bisa dikonversi ke versi agama. Dan kepuasan batin yang berhasil dikonversi ke dalam pahala versi agama adalah bonus dari rasa senang dan puas saya saat berbuat baik. Kalau tidak? Ya sudah. Que sera-sera.

Bagaimana?

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

betul itu! makanya kala pertanyaan itu mengusik, tidak perlu ekstrem dijawab dengan pertanyaan lain seperti: apakah Tuhan itu ada, ya to?

8:17 PM

 
Anonymous Anonymous said...

This is very interesting site... learn forex trading online forex trading software http online forex.org Refinance liberty bonds new york Data forex real time best forex online platforms trading Peanuts affect cholesterol Lingerie centerfolds Course forex Liquid vitamin c for sale Lincoln nh hiking trails Ati radeon video card reviews jeep cherokee Slots for free 2004 olympic credit cards Cadillac club chicago mc2 hummer wheels formes maternity clothes Uk home building insurance

6:13 AM

 
Blogger faisol said...

terima kasih sharing info/ilmunya...

saudaraku,
bertanya ttg "bila tdk ada surga/neraka, masihkah kita menyembah Allah", termasuk kategori pertanyaan yg tdk butuh jawaban, krn Allah sendiri telah menjawabnya... Allah telah menciptakan surga & neraka...

kalau benar kita tdk pamrih, bisa dites dgn pertanyaan2 ini:
1. apakah kita selalu berprestasi dalam sekolah/kerja shg bisa meninggikan derajat umat Islam...?

2. apakah kita tahajud tiap malam, shalat dhuha 8 rakaat tiap hari, baca Al-Qur'an 2 juz tiap hari..?

3. apakah kita puasa daud...?

4. apakah kita sering beramal tanpa dihitung-hitung...?

kalau pertanyaan2 itu belum bisa kita jawab, berarti pengandaian kita hanyalah teoritis, perfeksionis, idealis & tdk praktis...

saudaraku,
saya membuat tulisan tentang "Mengapa Pahala Tidak Berbentuk Harta Saja, Ya?"
silakan berkunjung ke:

http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/mengapa-pahala-tidak-berbentuk-harta.html

begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...

salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/

12:07 PM

 

Post a Comment

<< Home