saya korup!
Contoh lain adalah saat bertemu kawan-kawan di sekretariat pasca. Saya yang datang terlambat padahal sudah dua kali bolos rapat, kebingungan saat mengikuti jalannya rapat. Berkali-kali bapak ketua panitia yang terhormat menekankan pentingya berpikir teknis dan tidak lagi bermain asumsi dan wacana. Tapi sampai rapat berakhir, saya betul-betul tidak tahu apa yang harus saya kerjakan hingga jadwal pertemuan berikutnya. Tidak ada penganggaran waktu yang tegas, tidak ada penganggaran dana yang tegas, tidak ada prioritas, tidak ada agenda jelas, dsb., dsb. Setiap kali saya tanyakan hal-hal yang sifatnya teknis, selalu saja mentah kembali. Bahkan, bapak ketua yang terhormat menghabiskan banyak waktu untuk berdebat yang tidak perlu dengan sekretarisnya, sementara yang lain harus menyaksikan perdebatan yang tidak penting itu. Betul-betul buang waktu. Maka, di perjalanan pulang saya sedikit menyesal sore ini menyempatkan datang rapat, tapi juga bersyukur karena sudah bolos dua rapat sebelumnya. Terbayang, betapa memuakkan harus membahas hal yang sama berulang-ulang. Pola pikir yang sangat birokratis, keren dan glamour tapi tidak jelas titik aplikasinya betul-betul menguras emosi sekaligus mengukur ambang kesabaran. Apalagi, yang saya tangkap, ada gejala ingin tampil sebagai yang paling bisa, paling hebat dan banyak paling lainnya, yang sebenarnya tidak diikuti dengan pembuktian di tingkat eksekusi. Ah, ternyata, kawan-kawan seangkatan saya pun sudah bermental korup. Hingga akhirnya membuat saya bertanya-tanya sendiri, jangan-jangan saya pun sudah korup!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home