layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Wednesday, September 13, 2006

TIM hari ini

Sore hari sekitar pukul 16.00 salah seorang teman lama mengirim pesan singkat. Menanyakan kepastian pertemuan yang telah kami rancang sejak Sabtu menjelang tengah malam. Gerbang TIM yang memang tidak pernah terlalu ramai kecuali kalau ada kunjungan pelajar ke planetarium atau pertunjukkan seni pun tampak lengang seperti biasa. Udara Jakarta yang lembab menyambut saya saat akan duduk di sebuah warung yang dipenuhi asap rokok dari bibir-bibir perempuan yang duduk disana. Tak lama menunggu, teman saya pun tiba dengan helm warna-warni berhiaskan tokoh kartun. Demi keamanan, katanya.
Setelah duduk dan memesan jus alpukat, mulailah kami mengobrol kesana kemari. Mulai dari membicarakan kampus, buku-buku hingga teman-teman lama yang bekerja di berbagai perpustakaan besar. Ternyata saya menemukan kembali dunia saya seperti saat masih kuliah S1 dulu. Semangat berbagi ilmu, berbagi akses masih ada pada teman saya. Sesuatu yang sangat mahal mengingat kondisi dan lingkungan saya saat ini.
Obrolan yang menyenangkan seperti sore ini pun berjalan dengan cepat hingga tak terasa TIM pun menjadi gelap dan lampu-lampu harus dinyalakan. Kami berkhayal, alangkah senangnya kalau beberapa teman bergiat kami di masa kuliah dulu bisa ikut hadir dan berbincang. Membicarakan kegelisahan yang sangat manusiawi: apa yang kami cari? Uang, pencapaian diri, kepuasan, atau apa? Kami juga bermimpi untuk bisa berbagi dengan teman-teman yang sekarang tengah melanjutkan langkah kami. Sekedar berbagi cerita dan menularkan semangat. Kalau perlu, kami mau ikut berinvestasi: tidak perlu diongkosi, tidak perlu dijamu. Semakin lama, kami berdua pun sadar, bahwa kami berubah di masa-masa kuliah S1. Bangku kuliah membukakan mata saya: dunia tidak hitam dan putih.
Memang, melongok masa lampau sangat menyenangkan. Mencicipi kembali romantisme masa lalu. Tapi kami pun harus kembali berpijak ke masa kini dan menangguhkan sejuta mimpi di janji temu berikutnya yang entah kapan bisa terlaksana.

PS: Kentung, Sito, cepat pulang! Kami menanti untuk berbagiā€¦

1 Comments:

Blogger nmh said...

wah, boleh juga idenya... kapan-kapan kita rendesvouz disana, ok Mas?

9:15 PM

 

Post a Comment

<< Home