Aku iri pada orang-orang yang bisa menikmati senja. Setelah meninggalkan kampung halaman, aku seringkali melewatkan senja dan menemukan diriku pontangpanting untuk masuk dalam kepompongku sendiri. Senja seringkali mengundangku untuk lebih romantis, mendorongku untuk membuat secangkir kopi ABC susu sambil melamun memasuki dunia khayalku sendiri. Senja menyalakan semangatku untuk lebih reflektif tapi juga sinis di beberapa kesempatan karena senja mengundangku untuk mengeksplorasi ruang diskusi tanpa batas dengan kawan lawan terbaikku. Senja seringkali mengingatkanku pada cerpencerpen Seno, pahlawan sekaligus pujaanku pada masamasa kuliah S1 dulu. Senja terakhir yang bisa kunikmati adalah senja di Jumat lalu, dalam perjalanan kereta api menuju kota Melbourne. Sayangnya, kenikmatan itu hanya sekejap, karena senja datang dan pergi dengan terburu-buru di bumi bagian selatan ini. Rona jingga di langit terasa pelit untuk dikecapi karena malam dan kelamnya begitu kuat mendominasi sedari sore. Gara-gara senja, aku rindu kampung halamanku karena senja lebih lama singgah disana. Ah, kapanlagi bisa kuresapi senja dengan layak?
2 Comments:
"senja" pertama yang membuatku "salah tingkah" adalah puisi bertajuk "senja di bulungan." hampir dua puluh tahun silam. seorang kakak kelas merangkainya. sudah lupa aku isinya. tapi, judul itu terus membekas...halah..:))
-yus yang masih ariyanto
8:14 PM
waaaaa mpok. sorry ya kemarin di YM gue nggak reply, ke luar kantor dan nggak sempet sign out. lagi cepet gelap ya di melben dan lagi susah2nya bangun pagi karena dingin yang menusuk. hihihi.. serunyaaaa... buat gue melbourne selalu cantik.. dingin atau pun panas.. apalagi segernya udara itu.. terutama pagi2 pas jalan menuju stasiun.. tarik napas.. dan ada bunga apa itu namanya yang baunya khas melbourne sekali. anyway.. enjoy.. eh gue ada temen orang colombia lagi ambil master yang ke dua di RMIT, dan udah selesai MBA di Monash.. mau dikenalin???
2:40 PM
Post a Comment
<< Home