layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Friday, November 17, 2006

kegilaan minggu ini

Minggu ini jadi minggu yang gila-gilaan. Sejak Sabtu, (11/11) lalu, jam tidur saya susut hingga hanya empat jam per hari. Semua dimulai dengan deadline penelitian yang jatuh di hari Rabu sementara seluruh bahan baru saya dapatkan Jumat, (10/11). Alhasil, saat orang lain berlibur, saya harus bekerja keras menyelesaikan penelitian supaya bisa segera diserahkan ke panitia. Syukurlah, semua urusan penelitian ini selesai di hari Selasa dan saya pun bisa berpaling pada deadline kerja lainnya.

Sebelum sempat saya mulai merencanakan kegiatan-kegiatan berikutnya, ternyata salah seorang dosen senior koma. Saya sempat menjenguknya di rumah sakit. Tapi tentu saja tidak bisa melihatnya langsung. Saya pun menyibukkan diri untuk membantu mencari donor darah untuk menambah jumlah trombosit di darah beliau. Ternyata rencana Allah betul-betul tidak bisa diduga. Pak Dendi pun meninggal saat kami baru saja menyelesaikan pengambilan darah dari donor terakhir. 10 kantung. Jumlah yang cukup banyak, tapi tak cukup cepat untuk bisa diberikan pada Pak Dendi. Akhirnya, malam itu pun saya habiskan di rumah duka sambil merencanakan untuk menghadiri pemakaman keesokkan harinya bersama beberapa teman.

Sebenarnya hari ini, Jumat, (17/11), saya menjadi salah seorang panitia Musyawarah Nasional di Bandung. Alhasil, sejak Senin saya pun sudah berkejaran dengan beragam tetek bengek yang harus saya persiapkan. Apalagi, justru di hari H ini saya akan absen hadir. Mau tidak mau, sebelum saya berangkat ke Jakarta, semua urusan harus sudah saya pastikan kesiapannya, termasuk urusan merayu ketua panitia dan ketua IMPPU soal anggaran belanja divisi saya. Untungnya, saya punya teman yang bisa diandalkan untuk mengeksekusi di lapangan sehingga setelah saya pastikan ia mengerti garis besar pekerjaan yang diinginkan, saya bisa bernapas lega. Hingga kemarin, Kamis (16/11), saya masih harus stand by di kampus dan mengusahakan beberapa hal. Tak lupa, saya harus berpamitan dengan penuh ketidakenakkan karena harus meninggalkan tanggung jawab saya. Untunglah teman-teman tampaknya mengerti.

Di sela-sela dua kegiatan besar dan pemakaman itu, saya pun dikejar deadline lain sehingga saya tidak bisa lepas dari akses internet. Karena keperluan inilah, saya harus merelakan jam-jam tidur saya untuk terus meng-up-date informasi. Jadilah saya ini merasa jadi orang yang sok sibuk. Apalagi, minggu ini saya merasa sedikit kesulitan untuk fokus. Hmm, mungkin karena ada banyak hal yang harus saya lakukan secara bersamaan.

Kegilaan ini mencapai puncaknya tadi malam. Setelah menyelesaikan urusan di Bandung dan mendelegasikan pekerjaan pada teman-teman, saya pun menyetir ke Jakarta untuk segera menyambangi dokter keluarga. Saat ini saya sudah terserang flu, dan karena besok dan Senin (20/11) saya harus berjuang, maka saya pun memaksakan diri disuntik vitamin supaya saya bisa tetap fit di hari-hari itu.

Pulang dari rumah sakit, saya pun langsung menghidupkan komputer dan menghadapi aplikasi on-line yang harus saya lakukan. Ternyata, di sinilah kesabaran saya diuji. Proses aplikasi yang seharusnya sederhana dan tidak banyak buang waktu akhirnya harus berjalan hingga hampir 7 jam karena koneksi internet yang tidak baik. Tampaknya ada masalah dengan server program karena ketika saya menyusuri halaman web lainnya saya tidak mengalami masalah. Saya sudah putus asa semalam, hingga saya pun memberanikan diri mengirim e-mail untuk menginformasikan kendala teknis yang saya hadapi. Berharap administrator program mengerti keterlambatan pengiriman aplikasi on-line saya.

Setelah pukul empat pagi, saya putuskan untuk tidur sebentar karena sulit sekali berkonsentrasi, apalagi emosi sudah di titik terendah. Hari ini, setelah sepagian mencoba dan masih tidak berhasil, saya putuskan untuk keluar rumah sebentar dan mencoba lagi kemudian. Ternyata berhasil. Meski ada banyak hal yang saya rasa tidak sempurna saya putuskan untuk segera saya submit karena khawatir saya telah melampaui tenggat waktu. Fiuhhh, akhirnya…

Kegilaan minggu ini masih belum berakhir. Malam nanti saya berjanji untuk hadir di acara resepsi pernikahan kawan dan setelahnya saya harus mencari lokasi ujian daripada besok pagi saya membuang banyak waktu hanya untuk mencari lokasi.

Dan tentu saja tes-tes itu sendiri. Saya akui saya panik. Kepala saya mengingatkan perlunya untuk tetap tenang, tapi hati saya tidak bisa berbohong. Tapi tak apalah, seperti ucapan saya pada Prof. Deddy beberapa hari lalu tentang betapa demandingnya skema beasiswa sekarang (menurutnya, dulu tidak se-demanding ini): no pain no gain.

Argggh, benar-benar minggu yang luar biasa. Betul-betul menguras emosi dan fisik. Jadi ingat satu lirik lagu yang dinyanyikan Ronan Keating, life is a rollercoaster…
Jadi penasaran, minggu depan seperti apa ya?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home