perjuangan masih panjang
Saat pulang, saya berharap tidur siang akanmembantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini. Tapi ternyata, saya justru tidak bisa tidur lelap karena gangguan perut yang memaksa saya terjaga setiap beberapa saat. Belum lagi, perasaan perih dan mual ini pun diikuti dengan diare. Ah, sebal sekali.
Sorenya, ibu saya pun memaksa pergi ke dokter. Hasilnya, saya pun disuntik antibiotik untuk mencegah rasa mulas, mual dan diare. Dan bagian yang paling menyebalkan, ada 5 macam obat yang harus saya minum setiap hari (dengan frekuensi yang berbeda-beda dan instruksi konsumsi yang berbeda pula). Padahal, 2 jenis vitamin dan obat flu yang diberikan dokter di hari Kamis pun masih harus saya konsumsi supaya flu tidak mengganggu.
Gara-gara obat yang harus saya makan demikian banyak, saya jadi teringat pengalaman masuk rumah sakit tahun lalu. Benar-benar menyebalkan. Untungnya, karena saat ini saya tidak perlu opname, saya tidak perlu khawatir dengan ritual perawat setiap pagi: mengganti tempat tusukan jarum infus dari satu tempat ke tempat lainnya agar nadi saya tidak bengkak. Betul-betul perjuangan.
Semoga saja obat yang saya tebus dengan mahal baik secara ekonomis maupun psikis ini bisa menjauhkan segala gangguan ini hingga Senin. Hah… saya akan terus menyilangkan jari saya…
0 Comments:
Post a Comment
<< Home