layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Wednesday, April 16, 2008

Tiba-Tiba Ingat Kamu

Tibatiba ingat kamu

Padahal kamu entah sedang apa

Lalu tibatiba pula ingin menulis

Sesuatu tentang kamu

Sayang aku malas mencari katakata

Mereka sepertinya hilang

Lenyap di balik tumpukan kertas

Atau di dindingdinding toilet

Atau di layar bisu berkedip di hadapanku

Aku mau kamu

Sekarang dan sekarang juga

Seperti anak kecil yang tidak bisa diberi pengertian

Dan mengancam dengan tatapan mata yg berkacakaca

Siap menangis meledak kalau kamu tidak disini

Tapi aku bukan anak kecil

Biarpun setengah mati ingin jadi anak kecil lagi

Dan kamu juga tidak akan datang saat ini

Karena kamu sedang entah melakukan apa dimana

Kamu…

Berhentilah bermainmain dalam kepalaku

Tapi kamu membandel

Seperti surat cintamu yang masih kusimpan

Dengan pendar jingga aman didalam peti hartakarunku

Di rumah bukit di kota Bandung

Jadi bertanyatanya sedang mampir dimana langit senja yang bolong itu

Dan sekarang aku jadi tersenyumsenyum

Mengingat ulahmu yang nakal dan genit

Yang menggegerkan semua orang

Arrgghh…

Aku rindu…

I Hate You

Six Feet Under*

I : Dad, I sent you email the other day and I haven’t heard from you

Dad : Later, Dear, Pakde Didik died yesterday. We are at his funeral now.

*sigh*

He’s six feet under now. Half a year ago he tried to end his life and sent the whole family panic. Apparently he had problems: financial problems, family problems. The financial problem was big but not unsolvable since he had the resources to fix it. However the family thing was huge. At least if you had a gambling wife who hung out with certain people that you might not want to be associated with and creditor banging at your doorstep even at your clinic… *sigh*

He was a warm loving man, who ended up with people who took advantage out of him. His extended family loves him but he was just too stubborn to listen. He undergone a major surgery early on this year yet another part of him failed him. I will miss him for he resembles my dad in so many things yet different in the way of thinking. For he was a good man, and for that he should be remembered. Sail on, Pakde. Until we meet again!



*Tulisan ini saya temukan di antara folder-folder di laptop saya beberapa minggu lalu.