layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Friday, September 15, 2006

Night & Day

saya jatuh hati pada Cole Porter gara-gara sebuah film yang menceritakan kehidupannya. komposisi musiknya yang luar biasa, lirik lagu yang jenaka sekaligus menyentuh tersaji apik dalam balutan kisah yang berakhir tragis. tapi saya sedang tidak semangat untuk bercerita soal film itu sendiri. saya lebih bersemangat mencari tahu siapa itu Cole Porter dan sedang berusaha mencari Cole Porter Songbook. ada yang punya info untuk mendapatkannya? semalam, ketika saya sedang memutar piringan kompak Rod Stewart, American Songbook volume III, saya mendengar lagu Night & Day. meski tidak seindah versi aslinya, versi Stewart lumayanlah untuk mengobati rasa rindu. alhasil, semalaman saya memasang lagu itu berulang-ulang sambil bernyanyi dengan sepenuh hati. apalagi, Stewart menyediakan lirik lagu-lagu di piringan kompaknya itu, hingga pada sebuah jenak, saya tertawa sendiri. teringat penderitaan kawan-kawan kos saya: mendengarkan saya menyanyi. tapi ketika lagu itu dimulai lagi, saya kembali terlupa pada siksa telinga yang sedang saya lakukan pada seisi rumah kos....
Like the beat beat beat of the tom-tom
When the jungle shadows fall
Like the tick tick tock of the stately clock
As it stands against the wall
Like the drip drip drip of the raindrops
When the summer shower is through
So a voice within me keeps repeating you, you, you
Night and day, you are the one
Only you beneath the moon or under the sun
Whether near to me, or far
It's no matter darling where you are
I think of you
Day and night, night and day, why is it so
That this longing for you follows wherever I go
In the roaring traffic's boom
In the silence of my lonely room
I think of you
Day and night, night and day
Under the hide of me
There's an oh such a hungry yearning burning inside of me
And this torment won't be through
Until you let me spend my life making love to you
Day and night, night and day

until death do us one

I saw you passed by
And when we finally spoke
I just fell for your eyes
The look that you gave
The star that brighten my heart
Bring me back to our past lives
If only things were different
If only things were simpler
I’d go head over heels
Now in our 13th reincarnation
I still couldn’t make you mine
Everybody else called it destiny
But I surely know it better
God is playing with us
So I’ll keep your eyes with me
Close to my heart and locked it inside
Then I’ll make us the greatest union ever
Tomorrow, darling, tomorrow
We’ll be one until our next birth
Wait for me, dear, wait for a little while
By the dawn I promise you one

Wednesday, September 13, 2006

TIM hari ini

Sore hari sekitar pukul 16.00 salah seorang teman lama mengirim pesan singkat. Menanyakan kepastian pertemuan yang telah kami rancang sejak Sabtu menjelang tengah malam. Gerbang TIM yang memang tidak pernah terlalu ramai kecuali kalau ada kunjungan pelajar ke planetarium atau pertunjukkan seni pun tampak lengang seperti biasa. Udara Jakarta yang lembab menyambut saya saat akan duduk di sebuah warung yang dipenuhi asap rokok dari bibir-bibir perempuan yang duduk disana. Tak lama menunggu, teman saya pun tiba dengan helm warna-warni berhiaskan tokoh kartun. Demi keamanan, katanya.
Setelah duduk dan memesan jus alpukat, mulailah kami mengobrol kesana kemari. Mulai dari membicarakan kampus, buku-buku hingga teman-teman lama yang bekerja di berbagai perpustakaan besar. Ternyata saya menemukan kembali dunia saya seperti saat masih kuliah S1 dulu. Semangat berbagi ilmu, berbagi akses masih ada pada teman saya. Sesuatu yang sangat mahal mengingat kondisi dan lingkungan saya saat ini.
Obrolan yang menyenangkan seperti sore ini pun berjalan dengan cepat hingga tak terasa TIM pun menjadi gelap dan lampu-lampu harus dinyalakan. Kami berkhayal, alangkah senangnya kalau beberapa teman bergiat kami di masa kuliah dulu bisa ikut hadir dan berbincang. Membicarakan kegelisahan yang sangat manusiawi: apa yang kami cari? Uang, pencapaian diri, kepuasan, atau apa? Kami juga bermimpi untuk bisa berbagi dengan teman-teman yang sekarang tengah melanjutkan langkah kami. Sekedar berbagi cerita dan menularkan semangat. Kalau perlu, kami mau ikut berinvestasi: tidak perlu diongkosi, tidak perlu dijamu. Semakin lama, kami berdua pun sadar, bahwa kami berubah di masa-masa kuliah S1. Bangku kuliah membukakan mata saya: dunia tidak hitam dan putih.
Memang, melongok masa lampau sangat menyenangkan. Mencicipi kembali romantisme masa lalu. Tapi kami pun harus kembali berpijak ke masa kini dan menangguhkan sejuta mimpi di janji temu berikutnya yang entah kapan bisa terlaksana.

PS: Kentung, Sito, cepat pulang! Kami menanti untuk berbagi…

wisconsin

kepada bintang di ujung langit kutitip asa dalam pendarmu karena perjuangan hari ini telah usai namun pemenang perang masih belum terlihat masih ada korban yang harus dihitung diperiksa kelayakannya untuk jadi pahlawan. kepada bintang di ujung langit kugantung doa dalam kerlipmu karena semua yang bisa berpeluh sudah diusahakan dan semua yang diajarkan telah diamalkan. kepada bintang di ujung langit kuberikan kuasa atas gulir rodaku karena semua kekang kuda dan pelananya sudah bertugas sekuat tenaga untuk bisa lari kepada hari yang dinanti. kepada bintang di ujung langit kusisip penantian satu kali purnama untuk kemudian dirayakan atau bahkan ditinggalkan.