layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Saturday, June 11, 2005

sebuah mimpi buruk

sungguh. saya tidak bisa bayangkan hidup tanpa kedua orang tua. saya sudah sedemikian tergantung pada mereka. emosional dan (tentu saja) finansial. meski kami sering berdebat. bicara dengan kata-kata keras. diselingi intonasi tinggi. kami tahu, kami saling mencintai. jarang sekali kami bicara cinta. bicara rindu. kalaupun kata-kata itu terlontar, biasanya dibungkus dengan gurauan yang tampak selintas lalu. tampak tidak penting. tapi kami tahu, kami bersungguh-sungguh saat mengucapkannya. orang tua adalah pusat kehidupan saya. orang tua adalah pelabuhan saya. maka saat saya bermimpi kehilangan mereka, saya bangun dalam keadaan sedih. terpukul. hingga hari kemudian dihabiskan dengan merenung. mencoba membayangkan seperti apa hidup saya tanpa mereka, yang ternyata tak terbayangkan. pengalaman kehilangan ayah dan berpisah dari ibu selama bertahun-tahun membuat saya trauma. tak ingin lagi kehilangan. tak ingin ditinggalkan. kini kami bahagia berkumpul dan tidak rela dipisahkan. semoga umur mereka panjang. semoga umur saya panjang. hingga bisa kami bisa saling menemani selama mungkin.

Friday, June 10, 2005

sudahlah

hapus saja kemarahan itu
daripada dadamu sesak
buang saja dendam itu
daripada tidurmu gelisah
semua kecewa tak bisa ganti hari kemarin
semua caci maki tak bisa nihilkan yang lalu
bicara memang selalu lebih mudah daripada melaksanakan
tapi ikhlas memang jawaban dari semua
biar hatimu lapang
biar hembus napasmu lega

hampa

kosong saja.
sepi.

adegan sakit hati

ternyata, kalau orang sudah disakiti hatinya, semua bisa terjadi. sumpah serapah, kosakata yang dulu disimpan di laci paling bawah, berdebu dan hampir terlupakan, bisa muncul lagi. keluar begitu saja... betapa sebuah peringatan untuk tidak menyakiti hati orang lain dan untuk tidak sakit hati. mungkinkah?

Sunday, June 05, 2005

City of Rain

orang bilang saya arogan.
mungkin betul.
orang bilang saya judes.
memang betul.
orang bilang saya tidak peduli.
seandainya bisa...

menohok!

"kamu nggak kepengen, Nduk?"
"belum, Yang. tidak sekarang. mungkin 4 atau 5 tahun lagi."
"minggu depan Eyang ulang tahun ke-65. kalau masih lama begitu, apa ya Eyang ini masih sempat?"
"???"

Thursday, June 02, 2005

angels in america

must seen movie!
menurut saya film ini keren banget. apalagi dihiasi bintang-bintang top model Al Pacino, Merryl Streep, Ema Thompson, dkk. two thumbs up.
biarpun ceritanya berfokus sama kehidupan kaum gay dan orang-orang 'sakit', tapi film ini betul-betul intellectually stimulating. saya dibuat kagum sama dialog-dialognya yang sangat politis. kemarahan dan keresahan kaum gay sebagai kelompok minoritas dikemas apik dan bikin iri. kalau ingat Barthes, Foucault, dan kawan-kawannya, apakah mereka termasuk tipe gay seperti ini?
ada satu adegan yang membuat saya terperangah dan tidak habis-habis berspekulasi. saya tidak tahu apakah pemeran-pemeran gay dalam film itu betul-betul gay atau it's just acting. tapi adegan percintaan pasangan gay ini benar-benar meyakinkan. dan yang paling seksi (setidaknya menurut saya), saat adegan rayu-merayu selalu diselipkan dialog-dialog cerdas. betul-betul bikin iri. biarpun mungkin pada praktiknya kita tidak bisa konsentrasi penuh pada kalimat-kalimat yang diucapkan dan lebih fokus untuk menikmati stimuli erotis di ujung saraf sensori, still, it's sexy! apakah ada lelaki straight di luar sana yang seperti itu? saya pesan satu! hahahaha...
oh ya, saya belajar kosakata baru: gay virgin thing. ternyata, sebelum seorang gay berhubungan seks dengan pasangan yang juga gay, maka orang itu masih disebut virgin (gay virgin) biarpun si orang ini sudah pernah berhubungan badan dengan lawan jenis. di film ini digambarkan bahwa seorang gay yang baru saja melepaskan status perjaka/perawannya biasanya akan berusaha mempertahankan pasangan yg mengajaknya tidur pertama kali, dan saat si virgin ini tidak ingin berpisah, si (calon) mantan pasangan berkomentar oh, come on, it's just a gay virgin thing! ouch...

gosip

ternyata capek juga mendengar omongan orang yang itu-itu saja.
awalnya masih semangat melakukan klarifikasi.
lama-lama?
sekali. dua kali. tiga kali, empat kali...
panas telinga ini jadinya.
tidak nyaman.
memang, bukan hal penting...
tapi mau masa bodoh juga tidak bisa
karena diulang-ulang terus hingga mirip karet rusak.
tidak enak didengar,
mengganggu!
tolong,
jangan ganggu saya!

naif

dua minggu belakangan adalah masa yang menegangkan, melelahkan sekaligus mengejutkan. reality check. betapa kadangkala dalam pribadi terbaik ada potensi besar untuk menyimpan sifat terburuk, sehingga saat sisi lain ini muncul... WHAM! semua kaget. menggeragap.
selama ini saya hidup hanya dengan kacamata saya. cara pandang dan pengalaman saya tentang manusia, dunia dan kehidupan mempengaruhi penilaian saya. saya sudah berusaha membuka diri. mempersilakan warna lain untuk muncul. meski begitu, karena kebodohan saya, akhirnya saya merasa dikhianati. padahal tidak perlu ekstrem begitu, kan? adalah manusiawi kalau seseorang berbuat salah. toh saya juga sering melakukan kesalahan. yang penting kan bagaimana kita menyadari kesalahan, belajar darinya.
ada filsuf yang bilang, kalau kita tidak ingin kecewa dan merasa dikhianati, maka hendaknya kita menghilangkan harapan. nirharapan=kebahagiaan. tapi nyatanya, saya tetap merasa ditusuk dari belakang. merasa luar biasa dungu.
ah, betapa selama ini saya begitu naif. ternyata nafsu bisa mengalahkan akal sehat. ternyata satu kesalahan bisa menghapuskan seluruh kebaikan. gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga.
kecewa? pasti. tapi pertanyaannya kemudian: mampukah saya memaafkan? mampukah saya belajar dari pengalaman ini? mampukah saya untuk kembali percaya pada orang lain?