layar yang bisu dan tanpa daya menjadi tempat yang tepat untuk tumpahkan semua. objek yang tidak akan pernah jadi subjek. tanpa komplikasi. tanpa kompromi. sesederhana itu.

Friday, February 24, 2006

just because

I’m on a rollercoaster
Happy, thrill, scared
Scream for the rush of the blood
Fear the fall and hang on a thread
I’m free and careless
Drowning and floating at the same time
In the ocean of emotion
Wonder why I let myself do this
No answer seems to fit the picture

After Oprah

Instead of sobbing and asking: why me?
Why don’t we try to sit back and relax
And start to enjoy whatever may come.

JOGJA

A week ago, while I was visiting Jogja, I've met my best friend, Nina. We talked about who we were, who we are and who we are going to become. About our friends, our surroundings, our dreams, our love and our everything that crossed our mind that day. It's nice to have a real conversation between friends who hadn't seen each other for a while. I spent my time studying and teaching. She spent her time in the UK and did the tsunami project for BBC. The both of us were raised with a strong traditional Javanese values, yet our family are incridible. The kind of family that you always want to go home to. The kind of family that supported you no matter how silly you and your choices are. And now, we look forward to explore the world. See things, do things. Bottomline: doing ambitious stuffs. We realized that we grew a lot this past 2 years. From a buch of girls (along with some other crazy girls) who always manage to squeezed some time for books, coffee, music and gossips, now we're headed to our own directions. Now we are on our journey to make our dream comes true. What an incridible feeling when finding this out. Thanks for the chat, Nina. Remember what you once said: kita akan jadi perempuan-perempuan hebat!

Thursday, February 23, 2006

pengail di air keruh

kenapa ya, selalu saja ada orang yang mengambil keuntungan di atas penderitaan orang lain?biarpun orang lain itu saudara sendiri, pacar sendiri, atau temen sendiri yang notabene orang dekat.
kenapa ada aja orang yang selalu tidak mau kalah, padahal sebenarnya tidak pernah ada perlombaan sebelumnya? tidak rela orang lain maju, sementara dirinya sendiri tidak dipacu selangkah lebih awal.
kenapa ada aja orang yang senang mengaku-aku atau mengafiliasikan diri dengan pencapaian orang lain? padahal jelas itu pencapaian orang lain dan bukan pencapaian pribadinya.
separah itukah public self-consciousness-nya? atau memang tuntutan lingkungan yang menyebabkan orang bersikap seperti itu? inikah terjemahan bebas dari hukum rimba?
lalu kenapa juga orang-orang yang biasa vokal, meneriakan perubahan dan pembaharuan mendadak berubah pendiam dan menjadi pengamat yang baik saat sudah duduk nyaman di kursi barunya?
lama-lama muak juga melihat drama yang itu-itu saja. nama-namanya saja yang berubah, tapi alur ceritanya tidak jauh berbeda.
dasar hipokrit!

sleepers

sudah lama nggak rekreasi, karena belakangan lebih banyak menghabiskan waktu di antara tumpukan buku-buku psikologi, ruang-ruang kelas, rapat-rapat minor, anak-anak wali dan perjalanan jakarta-bandung pp. ternyata tadi sore, saya sempat rekreasi ke alam persahabatan 4 orang cowok lewat film sleepers. film lama, sih. tapi baru nonton sekarang. film-nya touchy banget tapi nggak melankolis. nggak ada kata-kata klise yang biasa dipakai untuk menggambarkan keakraban dan/atau kebencian. kalimat-kalimatnya irit. semuanya visual. segala ekspresi emosi terpahat sempurna di wajah-wajah ganteng pemainnya. banyak dialog dikorbankan demi membangun suasana yang menyentuh lewat ilustrasi musik dan sinematografinya tapi cerita tetap bisa terbangun utuh. emosi jarang ditunjukkan secara literer. banyak simbol yang mengambil alih tapi tetap membumi sehingga gampang dicerna. keren banget. kapan ya, sineas2 indo bisa bikin film kayak gitu?